TAKABBUR
TAKABBUR
Setelah mengetahui definisi takabur dan faktor-faktor penyebabnya, ada
baiknya kita memperhatikan fenomena takabur yang dapat diindikasikan
dalam hal-hal berikut ini:
1. Bersikap angkuh ketika berjalan
Diantara fenomena takabur yang mudah dilihat adalah keangkuhan dalam
berjalan. Biasanya ditandai dengan mendongakkan kepada atau memalingkan
muka; pura-pura tidak melihat orang lain.
Dan janganlah kamu
memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Luqman :
18)
2. Gaya bicara yang dibuat-buat (sok)
Fenomena takabur
yang lain terindikasi dari gaya bicara yang tidak alami. Dibuat-buat
untuk mengesankan dirinya memiliki kelebihan dan keutamaan dibanding
orang lain, atau dengan tujuan agar tampak kemuliaannya sehingga orang
lain menghormati dan merasa lebih rendah dari dirinya.
Sesungguhnya Allah murka kepada orang yang keterlaluan menjulur-julurkan
lidahnya dalam berbicara sebagaimana seekor sapi betina yang
menjulurkan lidahnya. (HR. Ahmad)
Maukah kalian aku beritahukan
seorang yang paling buruk diantara kalian? Yaitu orang yang banyak
berbicara tanpa menggunakan pikirannya. (HR. Ahmad)
3. Menyukai penghormatan orang lain dan tidak suka jika mereka bersikap biasa-biasa saja
Orang yang takabur merasa dirinya besar; lebih tinggi dari pada orang
lain. Konsekuensinya, jika orang lain menyatakan setuju dengan
anggapannya itu, ia semakin berbangga. Sementara jika orang lain tidak
memposisikannya sebagai orang yang lebih mulia, ia membenci orang itu.
Dalam kasus keseharian, ketika orang takabur datang ke sebuah majlis
atau pertemuan dan orang-orang berdiri menyambutnya sebagai tanda
hormat, ia akan suka dan merasa makin besar. Sedangkan jika orang lain
biasa-biasa saja, ada ketidaksukaan yang mendongkol dalam hatinya.
Demikian pula jika ia lewat, lalu orang-orang menyapa atau berdiri
memberi hormat, ia akan suka. Sebaliknya, jika orang lain tidak bereaksi
ketika ia lewat, ia pun memendam kebencian atas sikap itu.
Rasulullah SAW bersabda tentang fenomena seperti ini:
Barangsiapa yang suka jika orang berdiri menyambut kedatangannya, maka
bersiaplah untuk menempati tempatnya kelak di neraka. (HR. Abu Dawud)
4. Tidak mau mendengar nasihat orang lain meskipun benar
Orang yang takabur juga terindikasi dari sikapnya yang tidak mau
mendengarkan pendapat orang lain. Ia merasa pendapatnya yang paling
benar. Idenya yang paling baik. Usulnya yang paling cerdas. Rencananya
yang paling akurat. Pemikirannya yang paling brilian.
Kita
perlu berhati-hati sebab ini juga bisa terjadi ketika syura
(musyawarah). Meskipun pendapat orang lain benar dan ia menyadarinya,
tetapi ia tetap bertahan dengan pendapatkan dan memaksa hatinya untuk
tetap meyakini pendapatnya yang paling baik serta memaksakan pendapat
itu pada orang lain. Sebab bagi orang yang takabur, kekalahan dalam
argumentasi berarti jatuhnya harga diri. Terlebih, jika pendapat itu
berasal dari orang lain yang secara status sosial maupun pertimbangan
dunia lainnya dianggap lebih rendah darinya. Usia, senioritas, bahkan
pengetahuan keagamaan bisa masuk dalam kategori ini. Sehingga orang yang
takabur tak mau pendapatnya dikalahkan oleh orang yang lebih muda,
lebih junior, bahkan lebih sedikit pengetahuan agamanya (dalam aspek
kognitif).
Dan jika dikatakan kepadanya, “Bertaqwalah kepada
Allah”, bangkitlah kesombongannya yang mengakibatkannya berbuat dosa…
(QS. Al Baqarah : 204)
5. Senang tampil mendahulu orang lain
Fenomena takabur kelima ini tidak sama dengan semangat fastabiqul
khairat, meskipun kadang-kadang bedanya tipis dan tak ada yang dapat
memastikannya karena ini urusan hati. Namun jika seseorang senang
berjalan di depan orang lain, senang menyela pembicaraan orang lain, dan
senang bicara maupun tampil terlebih dahulu yang dengan itu ia merasa
lebih besar, lebih mulia, dan lebih tinggi maka itulah takabur.
6. Berbuat kerusakan ketika ada kesempatan
Pada akhirnya, orang yang takabur akan melakukan kerusakan ketika tiba
suatu kesempatan. Entah kerusakan itu hanya berakibat pada satu orang,
masyarakat, jamaah, maupun negara dan umat. Tergantung seberapa besar
kapasitasnya merusak dan kesempatan yang bisa ia gunakan.
Dan
diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia
menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi
hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia
berpaling (darimu), ia berjalan di muka bumi untuk mengadakan kerusakan
padanya… (QS. Al-Baqarah : 204)
Demikian sebagian fenomena
takabur. Semoga kita bisa bermuhasabah apakah enam hal itu ada pada diri
kita. Jika iya, kita renungkan lebih dalam apa yang ada dalam hati
kita. Insya Allah kita akan mampu menilai karena Allah membekali kita
dengan fitrah-Nya, biidznillah. Jika ada sifat takabur, semoga itu
adalah akhir dari penyakit kita dan awal dari masa kesembuhan. Kita
beristighfar dan bertaubat kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun
lagi Maha Penerima Taubat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar